SELAMAT DATANG DI BLOG INI !!!

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Selamat berkunjung di blog ini. Blog ini dibuat sebagai blog yang berisi artikel-artikel Sosial, Keagamaan dan Politik serta sastra-satra kotemporer. Dan juga berisi foto-foto perihal tersbut di atas.

Jangan segan-segan untuk memberikan komentar, saran dan kritik yang membangun demi kebaikan blog ini dan tentunya kebaikan pemilik blog.

Akhir kata semoga blog ini memberikan manfaat bagi kita semua.


Wassalam


Ahmad Mustofa

Senin, 01 Juni 2009

Didukung NU, JK Tak Perlu GR!




R Ferdian Andi R

Jusuf Kalla
[inilah.com/Subekti]
INILAH.COM, Jakarta – Di Pemilu 2009 ini Nahdlatul Ulama sepertinya akan merapat ke capres Jusuf Kalla. Kendati demikian, JK tak perlu gede rasa dulu. Sejarah membuktikan pada Pilpres 2004 tokoh NU justru berguguran, mulai dari cucu pendiri NU Shalahudin Wahid hingga Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi.


Soal pilihan calon presiden dalam Pilpres 8 Juli, tokoh-tokoh NU struktural sepertinya sudah satu suara, yaitu mendukung duet Jusuf Kalla-Wiranto. Alasan utama duet ini menjadi pilihan organsasi massa yang didukung 40 juta anggota itu adalah JK satu-satunya capres kader NU. Meskipun, NU menegaskan pilihan warga NU dikembalikan ke masing-masing anggota.

Di sisi lain, JK sepertinya memanfaatkan peluang untuk menggarap basis NU. Pasca deklarasi JK-Wiranto satu bulan lalu, JK semakin aktif mendekati kalangan nahdliyin. Ia mulai mengunjungi Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi, hingga road show di sejumlah pesantren di Jawa Timur dan Jawa Tengah, yang memang menjadi basis ormas berlambang bintang sembilan tersebut.

Menariknya lagi, Rakernas Muslimat NU pimpinan Khofifah Indar Parwansa digelar di Makassar, kampung halaman JK, juga dibuka capres dari Partai Golkar dan Hanura tersebut dalam kapasitas sebagai Wapres.

“Biasanya warga NU memilih calon yang tidak jauh dari habitatnya. JK selama ini memang tidak pernah menjadi pengurus NU, namun ia dikenal berasal dari keluarga nahdliyin di Makassar,” kata Khofifah sesaat menjelang pembukaan rakernas Muslimat NU di Makassar.

Hal senada juga dikatakan Ketua PBNU Said Aqiel Siradj yang membuat sembilan kriteria capres pilihan NU. Menariknya, salah satu kriteria yang disebutkan hampir mirip dengan tagline JK, ‘lebih cepat lebih baik’.

Kriteria capres versi NU yaitu terbuka, tidak peragu, cepat dan tegas dalam mengambil keputusan, mampu menciptakan suasana harmonis di antara warga masyarakat, dan berani bertanggung jawab atas segala risiko yang terjadi.

Said menegaskan seluruh kriteria itu merupakan kesepakatan para ulama NU serta para ulama berpaham Aswaja lainnya. "Kitab yang dibaca para ulama (dengan kitab yang dibacanya) sama kok,” tandasnya.

Selain itu, dukungan penuh PKNU semakin menambah amunisi JK-Wiranto di komunitas NU. Pasalnya, di PKNU berdiri sejumlah kyai khos di Jawa Timur yang dimotori KH Abdullah Faqih, pengasuh Pensatren Langitan, Tuban, Jawa Timur.

Praktis, mobilisasi dukungan NU dari struktural dan kultural sepertinya diarahkan ke pasangan JK-Wiranto. Kendati demikian, tim pemenangan JK-Wiranto juga harus mawas diri. Fakta sejarah Pilpres 2004 serta pilkada Jawa Timur lalu, membuktikan dukungan struktural dan kultural NU sama sekali tak membuahkan hasil kemenangan dalam pertarungan politik.

Dengan kata lain, boleh saja JK-Wiranto bergerilya di basis-basis NU. Namun pasar lain juga tak kalah penting untuk digarap. Pasar kelompok profesi mulai dari petani, nelayan, buruh, hingga pekerja professional, yang cenderung lebih independen dalam menentukan pilihannya. Apalagi, pesantren cenderung membuka diri terhadap siapa pun yang ingin bersilaturahim, termasuk capres selain JK-Wiranto.

Apalagi survei LP3ES dalam Desember tahun lalu memberi gambaran yang cukup mencengangkan. Betapa warga NU lebih condong memilih SBY dalam Pilpres 2009. Sebanyak 39,2% responden yang berlatar belakang NU akan mendukung SBY di Pilpres 2009. Sedangkan Megawati, hanya dipilih warga NU sebanyak 13,7%. Survei yang digelar 1-10 Desember tersebut belum muncul nama Jusuf Kalla sebagai capres.

Menurut intelektual muda NU Rumadi, saat ini sulit bagi elit NU untuk menggiring suara pemilih NU ke calon tertentu. Menurut dia, kini suara riil warga NU sudah terdefragmentasi sedemikian rupa. “Jadi kalau ada politisi yang percaya dengan dagangan elit NU, itu politisi keblinger,” katanya.

Jadi, dalam menanggapi dukungan politik elit NU, sebaiknya JK-Wiranto jangan GR dulu. Dukungan yang jauh lebih penting justru datang dari warga NU, bukan elitnya! [P1]--------(dikutip dari inilah.com; tanggal 2 Juni 2009 oleh A. Mustofa)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar